Perkara Sebelum Tidur ( Tafsir Haqqi )
Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : "Ya Aisyah jangan engkau tidur
sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur'an,
2. Sebelum membuat para nabi memberimu syafaat di hari akhir,
3. Sebelum para muslim meridloi kamu,
4. Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh....
"Bertanya Aisyah :
"Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara
seketika?"
Rasul tersenyum dan bersabda : "Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas
tigakali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur'an.
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Qulhualloohu ahad' Alloohushshomad' lam yalid walam yuulad' walam yakul
lahuu kufuwan ahad' ( 3 x )
Membacalah sholawat untukKu dan para nabi sebelum aku, maka kami semua
akan memberi syafaat di hari kiamat.
Bismillaahirrohmaanirrohiim, Alloohumma shollii 'alaa syaidinaa
Muhammad wa'alaa aalii syaidinaa Muhammad ( 3 x )
Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu.
Astaghfirulloohal adziim aladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum
wa atuubu ilaih ( 3 x )
Dan,perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka
seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh"
Bismillaahirrohmaanirrohiim, Subhanalloohi Walhamdulillaahi walaailaaha
illalloohu alloohu akbar(3 x )
Hanya satu yang ada dalam semangat hidupku jangan mudah menyerah dan putus asah jalani aja hidup ini dengan perasaan hati yang senang dan gembira jadikan masa lalu sebagai pengalaman yang berharga.Ingat maju terus pantang mundur
Sabtu, September 30, 2006
Sabtu, September 23, 2006
Ramadhan dan anak kita
Bulan Ramadhan bulan yang penuh rahmah dan berkah. Bulan yang penuh dengan pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Buat kita orang tua, yang telah berpuluh kali menjalani puasa tentu sudah tahu apa tujuan, makna dan faedah puasa, tapi bagaimana dengan anak-anak kita ?
Apa yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita tentunya mendorong kita untuk semakin memperhatikan pendidikan anak-anak kita agar mereka bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan solihah . Anak-anak yang ketika dewasa nanti bisa menjadi muslim yang baik, anak yang taqwa dan selalu mendahulukan Allah, ketika kita harus pergi menghadap Allah, dia bisa menyembahyangkan dan selalu mendoakan kita pula, ketika kita menjadi penghuni alam barzah.
Untuk itu marilah kita manfaatkan semaksimal mungkin kesempatan emas dengan datangnya Ramadhan yang mulia ini untuk memberikan latihan-latihan ruhiyah bagi anak-anak kita, dengan mempersiapkan dan melatih mereka menjalankan ibadah puasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kapan anak sudah bisa kita latih berpuasa?
Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak sebuah hadits ketika seseorang bertanya kepada Rosulullah tentang:
"Kapan seorang anak dilatih untuk shalat?"
Rosulullah menjawab:
"Jika ia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya."
Kalau kita memperhatikan hadits di atas, menurut bapak ibu usia berapa anak kita bisa membedakan tangan kanan dan tangan kirinya? Tentu sekitar 2 sampai 3 tahun bukan?
Pada hadits yang lain Rosulullah saw bersabda:
"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukullah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya)"
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Sabrah bin Ma'bad Al-Juhani ra).
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar shalat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti shoum dan haji bila telah mampu.
Mengikuti kedua hadits dan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa seperti halnya shalat maka puasapun sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak mereka berusia dua atau tiga tahun, yaitu ketika mereka sudah tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kalau memang sudah demikian kata Rosulullah tentu tidak ada alasan buat kita membantahnya.
Bagaimana dasar ilmiyah dan psikologisnya melatih anak anak sejak dini?
1. Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa pada saat lahir Alllah itu membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bahkan bau keringat orang tuanya. Hubungan sel-sel tersebut mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.
Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak ulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits di atas, maha benar Rosulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga insya Allah telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut sehingga ia rela menerima sanksi bila ia tidak menunaikan ibadah tersebut dengan baik.
2. Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mudah dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya.
3. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan dengan mempercayainya tanpa argumen . Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.
4. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Hal-hal yang baik maupun buruk yang terjadi dimasa balita mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya kelak.
5. Memanfaatkan daya ingat anak yang kuat semasa kecil seperti pepatah Arab : Belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.
6. Sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orang tua. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah maka anak juga mulai mengidentifikasi orang-orang lain di sekitarnya.
7. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah dan fisik.Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa kemudian menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.
Bagaimana kiatnya? Kiat utamanya adalah seperti apa yang tergambar dari riwayat bawah ini:
Imam Bukhari dan Muslim meriwyatkandari Ar-Rubaiyyi binti Muawwidz, berkata :
Rosulullah saw mengutus seseorang pada pagi hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshor, katanya:
"Siapa yang pagi ini berpuasa maka hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya.Maka kamipunmenyempurnakan puasa pada hari itu dan kami mengajak anak-anak kami berpuasa.Mereka kami ajak ke masjid,lalu kami beri mereka mainan dari benang sutera.Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu,sampai datang waktu berbuka."
Hadits di atas mengajarkan kepada kita metode yang tepat dalam melatih anak beribadah yaitu melalui 'bermain'.
Bukankah bermain itu dunia anak-anak? Dan sudah pasti mereka menyukainya.
Bagi kita orang tua,walaupun kelihatannya sepele hal ini tidaklah mudah. Bagaimana menyampaikan apa yang kita tahu tentang puasa itu dengan cara yang menyenangkan kalau bisa melalui bermain. Ini melalui persiapan dan ketekunan. Apa saja yang perlu dilakukan?
1.PERSIAPAN
a. Persiapan Ruhiyah dan Akal
Anak yang akan dilatih perlu dipersiapakan dulu mental/ruhiyahnya dan akalnya.Semua keharusan dan larangan dalam berpuasa dijelaskan dan disajikan dalam bentuk cerita, demikian juga faedah dan ganjaran yang akan diperoleh. Dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut gunakan kalimat yang positif, ringkas dan jelas serta menggunakan contoh yang kongkret. Misalnya,
"Kalau kita puasa, kita makan paginya lebih cepat, makan siangnya ditahan dan makan malamnya pas waktu maghrib tiba."
Jangan dikatakan bahwa kalau puasa itu kita tidak makan sepanjang hari, dari pagi sampai sore.
Begitu juga saat menjelaskan manfaat puasa bagi kesehatan, yaitu dengan mengumpamakan perut kita sebagai mobil yang jalan terus tanpa pernah diservis. Tentu mobil itu akan rusak. Nah sekarang perut kita perlu istirahat waktu siang saja, supaya tidak mudah rusak. Kan perut kerjanya juga seperti mesin mobil dstnya.
Pahala Ramadhan juga diceritakan dengan mengambil kisah-kisah nabi dan apa yang dialami Rosulullah. Cerita ini bisa didapatkan di toko-toko buku. Dalam persiapan mental ini agar anak dibawa berkunjung ke rumah kakek nenek atau famili, teman tetangga untuk saling bermaafan sebelum menjalankan puasa.
Ajarkan niat berpuasa. Kita harus menyampaikan yang sebenarnya, bahwa berpuasa itu dimulai sejak matahari terbit sampai matahari tenggelam. Bukan kalau umurnya sekian bisa sepertiga hari kalau sedikit lebih besar bisa setengah hari. Tetapi kalau anak tidak kuat mereka bisa berbuka.
b. Persiapan Fisik
Pastikan anak dalam kondisi kesehatan yang prima sebelum Ramadhan mulai. Jika perlu lakukan pemeriksaan kesehatan. Libatkan anak baik untuk membersihkan rumah maupun menghiasnya. Hiasan yang dibuat sebaiknya ditentukan oleh anak sendiri. Latih anak dengan lagu-lagu yang gembira atau nasyid mengenai Ramadhan.
2. PELAKSANAAN
- Jadikan rumah bernuansa shoum dengan tidak meletakkan makanan di tempat yang terbuka.
- Tidak ada yang makan di depan anak yang berpuasa, termasuk menyuapi adik kecil di depan mereka.
- Berusaha menjauhkan anak dari teman-temannya yang tidak berpuasa.
- Memberitahukan guru bahwa anak berpuasa, sehingga di sekolahpun anak mendapat dorongan.
- Bila anak merengek lapar, besarkan hatinya. Buatlah mainan seperti yang disebut dalam hadits tadi, bacakan cerita atau mengerjakan pekerjakan pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan energi.
- Usahakan agar siang hari anak tidur siang dahului dengan membaca cerita atau bermain ditempat tidur.
- Siapkan menu berbuka dan sahur yang sesuai dengan kesukaannya.
- Patokannya: cukup gizi, halal dan baik, aman bagi kesehatan, tidak terlalu dingin, panas, pedas atau asam.
- Libatkan anak untuk menyiapkan bukaan. Siapkan makanan yang manis-manis ( 3 butir korma = 2.000 kalori).
- Buatlah jadwal imsakiyah yang menarik dengan gambar warna-warni. Gambar ini kalau bisa berfungsi untuk menghitung berapa hari anak sudah berpuasa.
- Siapkan hadiah setiap hari untuk anak, walaupun itu bentuknya pujian, dekapan dan ciuman, makanan buka puasa, membacakan buku cerita, main congklak bersama, stiker kecil atau hal-hal lain sesuai dengan keadaan dan kreatifitas orang tua.
- Hindari suasana membangunkan yang tergesa-gesa dan tegang. Siapkan dulu makanan dan minuman yang disukai dan bangunkan anak dengan menyebutkan nama makanan tersebut. Untuk anak yang lebih besar tanyakan bagaimana cara yang dia inginkan untuk dibangunkan sahur. Dan ikuti kesepakatan tersebut.
- Variasikan makan waktu sahur, bisa roti, kentang atau mie. Perhatikan minum anak, karena mereka tidak boleh kekurangan cairan. Minuman tidak harus air, kalau ada rezeki bisa susu atau jus buah. Selama berlatih tetaplah peka akan kondisi anak, jangan sampai? anak terlalu lemah atau mengalami dehidrasi.
Kaidah melatih anak untuk shoum.
Dalam menjalankan pelatihan ini ada beberapa hal yang sangat perlu kita perhatikan:
1. Kegiatan ini harus dipahami sebagai kegiatan pelatihan, pengkondisian dan penyiapan anak agar akrab denagn aktifitas ibadah bukan hal yang final.
Ini adalah proses pendidikan jadi bukan hasil yang kita harapkan. Oleh karena itu kebijaksanaan yang diterapkan harus tetap fleksibel bergantung pada keadaan anak, umur, fisik dan mentalnya.
2. Anak-anak masih dalam proses tumbuh kembang, supaya diperhatikan agar proses pelatihan shoum ini tidak mengabaikan kenyataan ini. Artinya anak balita yang shoum harus diperhatikan kebutuhan gizi dan tidurnya selama pelatihan berlangsung. Karena jika tidak, pelatihan ini akan berubah menjadi penganiayaan anak.
3. Pendidik harus istiqomah niat dan tekadnya karenba Allah azza wa jalla bukan supaya tidak malu jika ditanya teman atau untuk meningkatkan status sosial di masyarakat. Ingatlah pahala yang dijanjikan karena pada hakekatnya keberhasilan pelatihan ini bukan melulu prestasi anak namun lebih menunjukkan pada prestasi orang tua karena merekalah yang banyak berperan baik sebagai promotor maupun sebagai supervisor.
4. Ada banyak dampak psikologis yang harus dimengerti orang tua:
a. Anak biasanya akan menjadi sedikit rewel karena puasa menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan mental biasanya sekitar jam 10.00 pagi, selepas dzuhur, ketika ashar dan menjelang berbuka. Perhatikanlah jam-jam rewel anak dan siapkan diri.
b. Puasa melatih anak untuk bisa mengendalikan dorongan dalam dirinya sehingga bisa menahan pemuasan segera (melatih kecerdasan emosi)
c. Puasa menumbuhkan kemampuan anak untuk merasakan kesulitan orang lain dan memupuk rasa santun pada orang-orang yang kurang beruntung.
d. Membantu anak memiliki akhlaq mulia terutama jujur. Allah swt melihat dan tahu apakah anak puas atau tidak.
e. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama kareana suasana dan semua orang Islam di seluruh dunia melakukannya.
f. Pelatihan puasa membuat anak menjadi lebih dekat dan akrab dengan orang tuanya.
5. Saat pelatihan shaum sebaiknya orang tua mengurangi kegiatannya dan jika bekerja di kantor usahakan segera pulang bila jam kantor telah selesai.
Wallahu'alam.
Catatan:
Sumber tulisan adalah Al Hikmah (Tim Buah Hati)
Apa yang terjadi akhir-akhir ini di negara kita tentunya mendorong kita untuk semakin memperhatikan pendidikan anak-anak kita agar mereka bisa menjadi anak-anak yang sholeh dan solihah . Anak-anak yang ketika dewasa nanti bisa menjadi muslim yang baik, anak yang taqwa dan selalu mendahulukan Allah, ketika kita harus pergi menghadap Allah, dia bisa menyembahyangkan dan selalu mendoakan kita pula, ketika kita menjadi penghuni alam barzah.
Untuk itu marilah kita manfaatkan semaksimal mungkin kesempatan emas dengan datangnya Ramadhan yang mulia ini untuk memberikan latihan-latihan ruhiyah bagi anak-anak kita, dengan mempersiapkan dan melatih mereka menjalankan ibadah puasa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kapan anak sudah bisa kita latih berpuasa?
Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita simak sebuah hadits ketika seseorang bertanya kepada Rosulullah tentang:
"Kapan seorang anak dilatih untuk shalat?"
Rosulullah menjawab:
"Jika ia sudah dapat membedakan tangan kanan dan tangan kirinya."
Kalau kita memperhatikan hadits di atas, menurut bapak ibu usia berapa anak kita bisa membedakan tangan kanan dan tangan kirinya? Tentu sekitar 2 sampai 3 tahun bukan?
Pada hadits yang lain Rosulullah saw bersabda:
"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat pada usia 7 tahun dan pukullah ia pada usia 10 tahun (jika meninggalkannya)"
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dari Sabrah bin Ma'bad Al-Juhani ra).
Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam mengatakan bahwa perintah mengajar shalat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti shoum dan haji bila telah mampu.
Mengikuti kedua hadits dan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa seperti halnya shalat maka puasapun sudah dapat diperkenalkan pada anak sejak mereka berusia dua atau tiga tahun, yaitu ketika mereka sudah tahu membedakan tangan kanan dan tangan kirinya. Kalau memang sudah demikian kata Rosulullah tentu tidak ada alasan buat kita membantahnya.
Bagaimana dasar ilmiyah dan psikologisnya melatih anak anak sejak dini?
1. Hasil temuan tentang otak yang dipublikasikan bulan Oktober tahun 1997 di Amerika menunjukkan bahwa pada saat lahir Alllah itu membekali manusia dengan 1 milyar sel-sel otak yang belum terhubungkan satu dengan yang lainnya. Sel-sel ini akan saling berhubungan bila anak mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang, perhatian, belaian bahkan bau keringat orang tuanya. Hubungan sel-sel tersebut mencapai trilliun begitu anak berusia 3 tahun.
Dari usia 3 sampai 11 tahun terjadi apa yang disebut proses restrukturisasi atau pembentukan kembali sambungan-sambungan tersebut. Hal-hal yang tidak ulang-ulang akan menjadi lapuk dan gugur. Bila temuan ini kita hubungkan dengan hadits di atas, maha benar Rosulullah bahwa kita perlu memperkenalkan berbagai hal kepada anak kita termasuk di dalamnya masalah beribadah sedini mungkin dan mengulang-ulangnya selama 7 tahun, sehingga pada usia 10 tahun anak kita bukan saja sudah mampu melakukannya dengan baik tapi juga insya Allah telah memahami makna pentingnya ibadah tersebut sehingga ia rela menerima sanksi bila ia tidak menunaikan ibadah tersebut dengan baik.
2. Kita mengetahui bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mudah dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya.
3. Pada usia muda, anak menerima nilai dan kebiasan yang kita tanamkan dengan mempercayainya tanpa argumen . Usia 0-3 tahun ego anak belum begitu berkembang sehingga dia tidak seperti anak yang lebih besar yang egonya sudah mengalami perkembangan lebih baik, sehingga gampang protes.
4. Masa anak-anak adalah masa yang sangat menentukan bagi pembentukan kepribadiannya kelak. Hal-hal yang baik maupun buruk yang terjadi dimasa balita mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya kelak.
5. Memanfaatkan daya ingat anak yang kuat semasa kecil seperti pepatah Arab : Belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.
6. Sebelum usia 5 tahun tokoh identifikasi anak adalah orang tua. Bila dia bertambah besar dan lingkungan pergaulannya sudah melebar dari hanya rumah maka anak juga mulai mengidentifikasi orang-orang lain di sekitarnya.
7. Mendidik anak tidak sama dengan mengajar. Mendidik anak adalah membantu anak mencapai kedewasaan baik dari segi akal, ruhiyah dan fisik.Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu anak untuk kenal dan tahu sesuatu, kemudian dia mau dan bisa kemudian menjadi biasa dan terampil mengamalkannya. Hal ini bukan saja membutuhkan waktu yang lama tetapi juga kemauan yang kuat, kasabaran, keuletan dan semakin awal memulainya semakin baik.
Bagaimana kiatnya? Kiat utamanya adalah seperti apa yang tergambar dari riwayat bawah ini:
Imam Bukhari dan Muslim meriwyatkandari Ar-Rubaiyyi binti Muawwidz, berkata :
Rosulullah saw mengutus seseorang pada pagi hari Asyura ke perkampungan orang-orang Anshor, katanya:
"Siapa yang pagi ini berpuasa maka hendaklah ia berpuasa dan menyempurnakan puasanya.Maka kamipunmenyempurnakan puasa pada hari itu dan kami mengajak anak-anak kami berpuasa.Mereka kami ajak ke masjid,lalu kami beri mereka mainan dari benang sutera.Jika mereka menangis minta makan kami berikan mainan itu,sampai datang waktu berbuka."
Hadits di atas mengajarkan kepada kita metode yang tepat dalam melatih anak beribadah yaitu melalui 'bermain'.
Bukankah bermain itu dunia anak-anak? Dan sudah pasti mereka menyukainya.
Bagi kita orang tua,walaupun kelihatannya sepele hal ini tidaklah mudah. Bagaimana menyampaikan apa yang kita tahu tentang puasa itu dengan cara yang menyenangkan kalau bisa melalui bermain. Ini melalui persiapan dan ketekunan. Apa saja yang perlu dilakukan?
1.PERSIAPAN
a. Persiapan Ruhiyah dan Akal
Anak yang akan dilatih perlu dipersiapakan dulu mental/ruhiyahnya dan akalnya.Semua keharusan dan larangan dalam berpuasa dijelaskan dan disajikan dalam bentuk cerita, demikian juga faedah dan ganjaran yang akan diperoleh. Dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut gunakan kalimat yang positif, ringkas dan jelas serta menggunakan contoh yang kongkret. Misalnya,
"Kalau kita puasa, kita makan paginya lebih cepat, makan siangnya ditahan dan makan malamnya pas waktu maghrib tiba."
Jangan dikatakan bahwa kalau puasa itu kita tidak makan sepanjang hari, dari pagi sampai sore.
Begitu juga saat menjelaskan manfaat puasa bagi kesehatan, yaitu dengan mengumpamakan perut kita sebagai mobil yang jalan terus tanpa pernah diservis. Tentu mobil itu akan rusak. Nah sekarang perut kita perlu istirahat waktu siang saja, supaya tidak mudah rusak. Kan perut kerjanya juga seperti mesin mobil dstnya.
Pahala Ramadhan juga diceritakan dengan mengambil kisah-kisah nabi dan apa yang dialami Rosulullah. Cerita ini bisa didapatkan di toko-toko buku. Dalam persiapan mental ini agar anak dibawa berkunjung ke rumah kakek nenek atau famili, teman tetangga untuk saling bermaafan sebelum menjalankan puasa.
Ajarkan niat berpuasa. Kita harus menyampaikan yang sebenarnya, bahwa berpuasa itu dimulai sejak matahari terbit sampai matahari tenggelam. Bukan kalau umurnya sekian bisa sepertiga hari kalau sedikit lebih besar bisa setengah hari. Tetapi kalau anak tidak kuat mereka bisa berbuka.
b. Persiapan Fisik
Pastikan anak dalam kondisi kesehatan yang prima sebelum Ramadhan mulai. Jika perlu lakukan pemeriksaan kesehatan. Libatkan anak baik untuk membersihkan rumah maupun menghiasnya. Hiasan yang dibuat sebaiknya ditentukan oleh anak sendiri. Latih anak dengan lagu-lagu yang gembira atau nasyid mengenai Ramadhan.
2. PELAKSANAAN
- Jadikan rumah bernuansa shoum dengan tidak meletakkan makanan di tempat yang terbuka.
- Tidak ada yang makan di depan anak yang berpuasa, termasuk menyuapi adik kecil di depan mereka.
- Berusaha menjauhkan anak dari teman-temannya yang tidak berpuasa.
- Memberitahukan guru bahwa anak berpuasa, sehingga di sekolahpun anak mendapat dorongan.
- Bila anak merengek lapar, besarkan hatinya. Buatlah mainan seperti yang disebut dalam hadits tadi, bacakan cerita atau mengerjakan pekerjakan pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan energi.
- Usahakan agar siang hari anak tidur siang dahului dengan membaca cerita atau bermain ditempat tidur.
- Siapkan menu berbuka dan sahur yang sesuai dengan kesukaannya.
- Patokannya: cukup gizi, halal dan baik, aman bagi kesehatan, tidak terlalu dingin, panas, pedas atau asam.
- Libatkan anak untuk menyiapkan bukaan. Siapkan makanan yang manis-manis ( 3 butir korma = 2.000 kalori).
- Buatlah jadwal imsakiyah yang menarik dengan gambar warna-warni. Gambar ini kalau bisa berfungsi untuk menghitung berapa hari anak sudah berpuasa.
- Siapkan hadiah setiap hari untuk anak, walaupun itu bentuknya pujian, dekapan dan ciuman, makanan buka puasa, membacakan buku cerita, main congklak bersama, stiker kecil atau hal-hal lain sesuai dengan keadaan dan kreatifitas orang tua.
- Hindari suasana membangunkan yang tergesa-gesa dan tegang. Siapkan dulu makanan dan minuman yang disukai dan bangunkan anak dengan menyebutkan nama makanan tersebut. Untuk anak yang lebih besar tanyakan bagaimana cara yang dia inginkan untuk dibangunkan sahur. Dan ikuti kesepakatan tersebut.
- Variasikan makan waktu sahur, bisa roti, kentang atau mie. Perhatikan minum anak, karena mereka tidak boleh kekurangan cairan. Minuman tidak harus air, kalau ada rezeki bisa susu atau jus buah. Selama berlatih tetaplah peka akan kondisi anak, jangan sampai? anak terlalu lemah atau mengalami dehidrasi.
Kaidah melatih anak untuk shoum.
Dalam menjalankan pelatihan ini ada beberapa hal yang sangat perlu kita perhatikan:
1. Kegiatan ini harus dipahami sebagai kegiatan pelatihan, pengkondisian dan penyiapan anak agar akrab denagn aktifitas ibadah bukan hal yang final.
Ini adalah proses pendidikan jadi bukan hasil yang kita harapkan. Oleh karena itu kebijaksanaan yang diterapkan harus tetap fleksibel bergantung pada keadaan anak, umur, fisik dan mentalnya.
2. Anak-anak masih dalam proses tumbuh kembang, supaya diperhatikan agar proses pelatihan shoum ini tidak mengabaikan kenyataan ini. Artinya anak balita yang shoum harus diperhatikan kebutuhan gizi dan tidurnya selama pelatihan berlangsung. Karena jika tidak, pelatihan ini akan berubah menjadi penganiayaan anak.
3. Pendidik harus istiqomah niat dan tekadnya karenba Allah azza wa jalla bukan supaya tidak malu jika ditanya teman atau untuk meningkatkan status sosial di masyarakat. Ingatlah pahala yang dijanjikan karena pada hakekatnya keberhasilan pelatihan ini bukan melulu prestasi anak namun lebih menunjukkan pada prestasi orang tua karena merekalah yang banyak berperan baik sebagai promotor maupun sebagai supervisor.
4. Ada banyak dampak psikologis yang harus dimengerti orang tua:
a. Anak biasanya akan menjadi sedikit rewel karena puasa menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan mental biasanya sekitar jam 10.00 pagi, selepas dzuhur, ketika ashar dan menjelang berbuka. Perhatikanlah jam-jam rewel anak dan siapkan diri.
b. Puasa melatih anak untuk bisa mengendalikan dorongan dalam dirinya sehingga bisa menahan pemuasan segera (melatih kecerdasan emosi)
c. Puasa menumbuhkan kemampuan anak untuk merasakan kesulitan orang lain dan memupuk rasa santun pada orang-orang yang kurang beruntung.
d. Membantu anak memiliki akhlaq mulia terutama jujur. Allah swt melihat dan tahu apakah anak puas atau tidak.
e. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama kareana suasana dan semua orang Islam di seluruh dunia melakukannya.
f. Pelatihan puasa membuat anak menjadi lebih dekat dan akrab dengan orang tuanya.
5. Saat pelatihan shaum sebaiknya orang tua mengurangi kegiatannya dan jika bekerja di kantor usahakan segera pulang bila jam kantor telah selesai.
Wallahu'alam.
Catatan:
Sumber tulisan adalah Al Hikmah (Tim Buah Hati)
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1427 H
Fadilah Sholat Tarawih
Ya, masih dalam suasana Ramadhan, banyak dari kita sudah pasti pernah membaca, mempelajari, mendengarkan apa yang akan di uraikan pada tulisan kali ini. Mungkin disaat masih kita masih ‘belajar mengaji’ dikala kecil-keil lagi … tapi masihkah amalan-amalan tersebut ini kita kerjakan saat ini?
Wallahualam
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. meriwayatkan sebuah hadist Rasulullah saw sebagai jawaban dari pertanyaan sahabat-sahabat Nabi saw
tentang kelebihan sholat sunat tarawih pada bulan Ramadhan.
Malam ke-1:
Diampuni dosa-dosa orang yang beriman sebagaimana baru dilahirkan.
Malam ke-2:
Diampunkan dosa orang-orang yang beriman yang mengerjakan sholat Tarawih, serta dosa-dosa kedua orang tuanya.
Malam ke-3:
Para malaikat di bawah ‘Arasy menyeru kepada manusia yang mengerjakan sholat tarawih itu agar meneruskan sholatnya pada malam-malam yang lain, semoga Allah mengampunkan dosa-dosa mereka.
Malam ke-4:
Memperoleh pahala sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
Malam ke-5:
Allah SWT akan mengaruniakan pahala seumpama pahala orang-orang yang mengerjakan sembahyang di Masjidil Haram, Masjidil Madinah dan Masjidil Aqsa.
Malam ke-6:
Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya pahala seumpama pahala para malaikat yang bertawaf di Baitul Makmur serta setiap batu dan tanah berdoa untuk keampunan orang yang mengerjakan sholat tarawih pada malam ini.
Malam ke-7:
Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa a.s. serta menolong Nabi itu untuk menentang musuhnya Fir’aun dan Hamman.
Malam ke-8:
Allah SWT mengaruniakan pahala sebagaimana pahala yang dikaruniakan kepada Nabi Ibrahim a.s.
Malam ke-9:
Allah SWT akan mengaruniakan pahala dan dinaikan mutu ibadah hamba-Nya seperti Nabi Muhammad saw.
Malam ke-10:
Allah SWT mengaruniakan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Malam ke-11:
Ia meninggal dunia dalam keadaan bersih dari dosa seperti baru dilahirkan.
Malam ke-12:
Ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan muka yang bercahaya.
Malam ke-13:
Ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aman sentosa dari tiap-tiap kejahatan dan keburukan.
Malam ke-14:
Para malaikat akan datang menyaksikan mereka bersholat Tarawih serta Allah SWT tidak akan menyesatkan mereka.
Malam ke-15:
Semua malaikat yang memikul ‘Arasy, Kursi akan bershalawat dan mendoakan supaya Allah SWT mengampuni kita.
Malam ke-16:
Allah SWT menuliskan baginya terlepas dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga.
Malam ke-17:
Allah SWT menuliskan baginya pahala pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
Malam ke-18:
Malaikat akan menyeru “Wahai hamba Allah sesungguhnya Allah telah ridha kepada engkau dan ibu bapak engkau (baik yang masih hidup atau yang sudah wafat)”.
Malam ke-19:
Allah akan meninggikan derajatnya di dalam syurga Firdaus.
Malam ke-20:
Allah SWT mengaruniakan kepadanya pahala semua orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh.
Malam ke-21:
Allah SWT akan membina untuknya sebuah mahligai di dalam syurga yang dibuat dari Nur.
Malam 22 :
di hari kiamat kelak akan terhindar dari segala rasa duka dan sesak hati.
Malam 23 :
ALLOH SWT akan membangunkan sebuah kota untuknya di surga
Malam 24:
dua puluh empat doanya akan dikabulkan.
malam 25:
ALLOH SWT akan membebaskannya dari adzab kubur.
Malam 26:
diberinya pahala enam puluh tahun.
Malam 27:
ia akan melewati shirat al mustaqim secepat kilat.
Malam 28:
dia akan mendapat seribu tingkat surga.
Malam 29:
ALLOH SWT akan memberinya pahala seribu kali perjalanan haji yg makbul.
Malam 30:
ALLOH SWT berfirman padanya,”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dengan air salsabil dan minumlah dari air kautsar, Aku Tuhanmu dan engkau hambaKu”
Wallahualam
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. meriwayatkan sebuah hadist Rasulullah saw sebagai jawaban dari pertanyaan sahabat-sahabat Nabi saw
tentang kelebihan sholat sunat tarawih pada bulan Ramadhan.
Malam ke-1:
Diampuni dosa-dosa orang yang beriman sebagaimana baru dilahirkan.
Malam ke-2:
Diampunkan dosa orang-orang yang beriman yang mengerjakan sholat Tarawih, serta dosa-dosa kedua orang tuanya.
Malam ke-3:
Para malaikat di bawah ‘Arasy menyeru kepada manusia yang mengerjakan sholat tarawih itu agar meneruskan sholatnya pada malam-malam yang lain, semoga Allah mengampunkan dosa-dosa mereka.
Malam ke-4:
Memperoleh pahala sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
Malam ke-5:
Allah SWT akan mengaruniakan pahala seumpama pahala orang-orang yang mengerjakan sembahyang di Masjidil Haram, Masjidil Madinah dan Masjidil Aqsa.
Malam ke-6:
Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya pahala seumpama pahala para malaikat yang bertawaf di Baitul Makmur serta setiap batu dan tanah berdoa untuk keampunan orang yang mengerjakan sholat tarawih pada malam ini.
Malam ke-7:
Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa a.s. serta menolong Nabi itu untuk menentang musuhnya Fir’aun dan Hamman.
Malam ke-8:
Allah SWT mengaruniakan pahala sebagaimana pahala yang dikaruniakan kepada Nabi Ibrahim a.s.
Malam ke-9:
Allah SWT akan mengaruniakan pahala dan dinaikan mutu ibadah hamba-Nya seperti Nabi Muhammad saw.
Malam ke-10:
Allah SWT mengaruniakan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Malam ke-11:
Ia meninggal dunia dalam keadaan bersih dari dosa seperti baru dilahirkan.
Malam ke-12:
Ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan muka yang bercahaya.
Malam ke-13:
Ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aman sentosa dari tiap-tiap kejahatan dan keburukan.
Malam ke-14:
Para malaikat akan datang menyaksikan mereka bersholat Tarawih serta Allah SWT tidak akan menyesatkan mereka.
Malam ke-15:
Semua malaikat yang memikul ‘Arasy, Kursi akan bershalawat dan mendoakan supaya Allah SWT mengampuni kita.
Malam ke-16:
Allah SWT menuliskan baginya terlepas dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga.
Malam ke-17:
Allah SWT menuliskan baginya pahala pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
Malam ke-18:
Malaikat akan menyeru “Wahai hamba Allah sesungguhnya Allah telah ridha kepada engkau dan ibu bapak engkau (baik yang masih hidup atau yang sudah wafat)”.
Malam ke-19:
Allah akan meninggikan derajatnya di dalam syurga Firdaus.
Malam ke-20:
Allah SWT mengaruniakan kepadanya pahala semua orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh.
Malam ke-21:
Allah SWT akan membina untuknya sebuah mahligai di dalam syurga yang dibuat dari Nur.
Malam 22 :
di hari kiamat kelak akan terhindar dari segala rasa duka dan sesak hati.
Malam 23 :
ALLOH SWT akan membangunkan sebuah kota untuknya di surga
Malam 24:
dua puluh empat doanya akan dikabulkan.
malam 25:
ALLOH SWT akan membebaskannya dari adzab kubur.
Malam 26:
diberinya pahala enam puluh tahun.
Malam 27:
ia akan melewati shirat al mustaqim secepat kilat.
Malam 28:
dia akan mendapat seribu tingkat surga.
Malam 29:
ALLOH SWT akan memberinya pahala seribu kali perjalanan haji yg makbul.
Malam 30:
ALLOH SWT berfirman padanya,”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dengan air salsabil dan minumlah dari air kautsar, Aku Tuhanmu dan engkau hambaKu”
Kemuliaan anak dan Ibadah Ramadhan
Persepsi seorang ibu tentang anak dan Ramadhan akan mempengaruhi dan menentukan perilakunya dalam pendidikan anak sepanjang bulan Ramadhan sehingga ia bisa mengoptimalkan keikhlasan dan kesabarannya dalam berkorban untuk keberhasilan pendidikan anak dan kesuksesan ibadah Ramadhan.
Anak dalam pandangan Islam merupakan:
1. Amanah
Anak adalah amanah Allah kepada kedua orang tua sehingga mereka harus bisa menjaga kesucian fitrahnya. Maka tanggung jawab orang tua dalam hal tersebut akan dipertanyakan oleh Allah dihari kiamat, sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
"Setiap kamu adalah pengasuh dan setiap kamu harus bertanggung jawab terhadap asuhanmu."
2. Rizki
Islam memandang anak sebagai rizki bukan sebagai beban yang menyusahkan sehingga Rasulullah mengajarkan kepada kita agar ketika berhubungan denagn suami hendaknya membaca doa:
"Ya Allah jauhkanlah kami dari pengaruh syetan dan jauhkanlah syetan dari rizki yang Engkau berikan kepada Kami."
3. Rahmat dan Berkah
Ketika Allah menganugerahkan seorang anak kepada Nabi Ibrahim maka Allah menjelaskan bahwa anak itu adalah Rahmat dan berkah, sesuai denagn firman-Nya yang artinya:
"Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah (itu adalah) Rahmat Allah dan keberkahan-Nya kepada kamu Hai Ahlul bait. Sesungguhnya Alah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
4. Aset Masa Depan yang Nilainya Sangat Tinggi
Anak dapat diarahkan oleh orang tua untuk memiliki potensi yang besar yang bermanfaat untuk dirinya (QS: 40: 77-78), dapat membahagiakan orang tua (QS. 40: 7-8) dan bermanfaat untuk masyarakatnya baik yang sezaman maupun generasi berikutnya.
5. Generasi harapan.
Kesholehan anak merupakan harapan orang tua dan umat Islam sehingga ia bisa menambah eksistensi (Izzah) orang tua, keluarga dan umat Islam maka wajarlah kalau Nabi Ibrahim selalu berdoa :
"Ya Rabb anugerahkan kepadaku (seorang anak ) yang tergolong orang-orang yang sholeh." (QS. 37:100)
Sedangkan keistimewaan Ramadhan disebutkan di daklam Al-Qur'an dan hadits sebagai berikut :
1. Bulan diturunkannya Al-Qur'an (QS. 2:85)
2. Bulan pembinaan ketaqwaan (QS. 2:183)
3. Bulan turunnya rahmat
4. Bulan ampunan
5. Bulan pembebasan dari neraka
6. Bulan terikatnya syetan
7. Bulan terbukanya pintu syurga dan tertutupnya pintu neraka
8. Bulan berlipat gandanya kebaikan dan pahala
9. Bulan kesabaran dan santunan
10. Bulan bertambahnay rizki dan terkabulnya doa
11. Bulan terdapatnya Lailatul Qodar
Maka sudah seharusnya setiap orang tua dapat mengoptimalkan seluruh potensinya untuk kesuksesan pendidikan anak dan keberhasilan ibadah Ramadhan. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita dari semenjak bulan Rajab dan Sya'ban dan menyampaikan kita pada bulan Ramadhan.
Dampak Kecerdasan Emosi Anak Pada Keberhasilan Ibadah Ramadhan
Kecerdasan emosi bukan merupakan suatu teori yang baru ditemukan oleh Daniel Goleman sebab Al-Qur'an dan sunnah Rasul sudah banyak memaparkan tentang keharusan adanya kecerdasan emosi bagi setiap orang beriman seperti firman Allah :
"Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik maka jika diantaramu dan antara dia ada permusuhan (jadilah) seo lah-olah ia teaman yang setia."
(QS. 41:34)
Rasulullah bersabda:
"Orang yang jenius adalah orang yang mampu mengekang nafsunya dan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan masa setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh selalu mengikuti hawa nafsunya tetapi berangan-angan mendapatkan (rahmat) Allah."
(HR.Tirmizdi)
Anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik lebih mampu mengatasi masalah lebih tenang, lebih tabah, lebih mampu berkonsentrasi, dapat berfikir dewasa, dapat berfikir cemerlang, tidak terkena stress, tidak usil, tidak emosional dan lebih berani melakukan ha-hal yang baru.
Apabila orang tua dapat mengarahkan kecerdasan emosi anak maka seluruh keluarga muslimah memiliki peluang yang besar untuk dapat beibadah sepanjang Ramadhan.
Catatan:
Sumber Tulisan ini: Al Hikmah (Ustadzah Aan Rohana M.Ag)
Anak dalam pandangan Islam merupakan:
1. Amanah
Anak adalah amanah Allah kepada kedua orang tua sehingga mereka harus bisa menjaga kesucian fitrahnya. Maka tanggung jawab orang tua dalam hal tersebut akan dipertanyakan oleh Allah dihari kiamat, sesuai dengan sabda Rasulullah saw:
"Setiap kamu adalah pengasuh dan setiap kamu harus bertanggung jawab terhadap asuhanmu."
2. Rizki
Islam memandang anak sebagai rizki bukan sebagai beban yang menyusahkan sehingga Rasulullah mengajarkan kepada kita agar ketika berhubungan denagn suami hendaknya membaca doa:
"Ya Allah jauhkanlah kami dari pengaruh syetan dan jauhkanlah syetan dari rizki yang Engkau berikan kepada Kami."
3. Rahmat dan Berkah
Ketika Allah menganugerahkan seorang anak kepada Nabi Ibrahim maka Allah menjelaskan bahwa anak itu adalah Rahmat dan berkah, sesuai denagn firman-Nya yang artinya:
"Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah (itu adalah) Rahmat Allah dan keberkahan-Nya kepada kamu Hai Ahlul bait. Sesungguhnya Alah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
4. Aset Masa Depan yang Nilainya Sangat Tinggi
Anak dapat diarahkan oleh orang tua untuk memiliki potensi yang besar yang bermanfaat untuk dirinya (QS: 40: 77-78), dapat membahagiakan orang tua (QS. 40: 7-8) dan bermanfaat untuk masyarakatnya baik yang sezaman maupun generasi berikutnya.
5. Generasi harapan.
Kesholehan anak merupakan harapan orang tua dan umat Islam sehingga ia bisa menambah eksistensi (Izzah) orang tua, keluarga dan umat Islam maka wajarlah kalau Nabi Ibrahim selalu berdoa :
"Ya Rabb anugerahkan kepadaku (seorang anak ) yang tergolong orang-orang yang sholeh." (QS. 37:100)
Sedangkan keistimewaan Ramadhan disebutkan di daklam Al-Qur'an dan hadits sebagai berikut :
1. Bulan diturunkannya Al-Qur'an (QS. 2:85)
2. Bulan pembinaan ketaqwaan (QS. 2:183)
3. Bulan turunnya rahmat
4. Bulan ampunan
5. Bulan pembebasan dari neraka
6. Bulan terikatnya syetan
7. Bulan terbukanya pintu syurga dan tertutupnya pintu neraka
8. Bulan berlipat gandanya kebaikan dan pahala
9. Bulan kesabaran dan santunan
10. Bulan bertambahnay rizki dan terkabulnya doa
11. Bulan terdapatnya Lailatul Qodar
Maka sudah seharusnya setiap orang tua dapat mengoptimalkan seluruh potensinya untuk kesuksesan pendidikan anak dan keberhasilan ibadah Ramadhan. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada kita dari semenjak bulan Rajab dan Sya'ban dan menyampaikan kita pada bulan Ramadhan.
Dampak Kecerdasan Emosi Anak Pada Keberhasilan Ibadah Ramadhan
Kecerdasan emosi bukan merupakan suatu teori yang baru ditemukan oleh Daniel Goleman sebab Al-Qur'an dan sunnah Rasul sudah banyak memaparkan tentang keharusan adanya kecerdasan emosi bagi setiap orang beriman seperti firman Allah :
"Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik maka jika diantaramu dan antara dia ada permusuhan (jadilah) seo lah-olah ia teaman yang setia."
(QS. 41:34)
Rasulullah bersabda:
"Orang yang jenius adalah orang yang mampu mengekang nafsunya dan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan masa setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh selalu mengikuti hawa nafsunya tetapi berangan-angan mendapatkan (rahmat) Allah."
(HR.Tirmizdi)
Anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik lebih mampu mengatasi masalah lebih tenang, lebih tabah, lebih mampu berkonsentrasi, dapat berfikir dewasa, dapat berfikir cemerlang, tidak terkena stress, tidak usil, tidak emosional dan lebih berani melakukan ha-hal yang baru.
Apabila orang tua dapat mengarahkan kecerdasan emosi anak maka seluruh keluarga muslimah memiliki peluang yang besar untuk dapat beibadah sepanjang Ramadhan.
Catatan:
Sumber Tulisan ini: Al Hikmah (Ustadzah Aan Rohana M.Ag)
Selasa, September 05, 2006
Kejutan dari seorang anak .......
Cerita ini dari berasal dari milis air putih, yg dicopy oleh samudera cinta .
semoga cerita ini dapat menuntunku menjadi orang tua yg bijaksana......
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas). Ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok inilah yang perlu didalami. Psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali seminggu lagi untuk menjalani test kepribadian.
Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang orangtua yang masih jauh dari ideal.
Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...." Dika menjawab "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja". Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika bermain bebas.Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjawalkan kapan waktunya menggambar, kapan bermain puzzle, kapan bermain basket, kapan membaca buku cerita, kapan main game di komputer dan sebagainya. Tetapi ternyata permintaan Dika sederhana: diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.
Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dika menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya, "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu".Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu.
Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..." Maka Dika menjawab, "Menganggapku seperti dirinya". Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.
Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak..." Dika menjawab, "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa". Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.
Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang..." Dika menjawab, "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya.Atas pertanyaan
"Aku ingin ayahku berbicara tentang...", Dika menuliskan, "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku". Keinginan Dika sederhana, ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari..." Dika berpikir sejenak, kemudian menulis dengan lancar "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku".Kadang saya pikir Dika sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan. Secarik kertas yang berisi pertanyaan
"Aku ingin ayahku setiap hari..." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata, "Tersenyum". Seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.
Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku..." Dikapun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus". Saya tersentak! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawadiambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata "Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku..." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli".Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan.
semoga cerita ini dapat menuntunku menjadi orang tua yg bijaksana......
Suatu pagi, atas seijin kepala sekolah, Dika meninggalkan sekolah untuk menjalani test IQ. Tanpa persiapan apapun, Dika menyelesaikan soal demi soal dalam hitungan menit. Beberapa saat kemudian, Psikolog yang tampil bersahaja namun penuh keramahan itu segera memberitahukan hasil testnya. Angka kecerdasan rata-rata anak saya mencapai 147 (Sangat Cerdas). Ada satu kejanggalan, yaitu skor untuk kemampuan verbalnya tidak lebih dari 115 (Rata-Rata Cerdas). Perbedaan yang mencolok inilah yang perlu didalami. Psikolog itu dengan santun menyarankan saya untuk mengantar Dika kembali seminggu lagi untuk menjalani test kepribadian.
Suatu sore, saya menyempatkan diri mengantar Dika kembali mengikuti serangkaian test kepribadian. Melalui interview dan test tertulis yang dilakukan, setidaknya Psikolog itu telah menarik benang merah yang menurutnya menjadi faktor penghambat kemampuan verbal Dika. Jawaban yang jujur dari hati Dika yang paling dalam itu membuat saya berkaca diri, melihat wajah seorang orangtua yang masih jauh dari ideal.
Ketika Psikolog itu menuliskan pertanyaan "Aku ingin ibuku :...." Dika menjawab "membiarkan aku bermain sesuka hatiku, sebentar saja". Dengan beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa selama ini saya kurang memberi kesempatan kepada Dika bermain bebas.Waktu itu saya berpikir bahwa banyak ragam permainan-permainan edukatif sehingga saya merasa perlu menjawalkan kapan waktunya menggambar, kapan bermain puzzle, kapan bermain basket, kapan membaca buku cerita, kapan main game di komputer dan sebagainya. Tetapi ternyata permintaan Dika sederhana: diberi kebebasan bermain sesuka hatinya, menikmati masa kanak-kanaknya.
Ketika Psikolog menyodorkan kertas bertuliskan "Aku ingin Ayahku ..." Dika menjawab dengan kalimat yang berantakan namun kira-kira artinya, "Aku ingin ayahku melakukan apa saja seperti dia menuntutku melakukan sesuatu".Melalui beberapa pertanyaan pendalaman, terungkap bahwa Dika tidak mau diajari atau disuruh, apalagi diperintah untuk melakukan ini dan itu. Ia hanya ingin melihat ayahnya melakukan apa saja setiap hari, seperti apa yang diperintahkan kepada Dika. Dika ingin ayahnya bangun pagi-pagi kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, makan dan minum tanpa harus dilayani orang lain, menonton TV secukupnya, merapikan sendiri koran yang habis dibacanya dan tidur tepat waktu.
Ketika Psikolog mengajukan pertanyaan "Aku ingin ibuku tidak ..." Maka Dika menjawab, "Menganggapku seperti dirinya". Dalam banyak hal saya merasa bahwa pengalaman hidup saya yang suka bekerja keras, disiplin, hemat, gigih untuk mencapai sesuatu yang saya inginkan itu merupakan sikap yang paling baik dan bijaksana. Hampir-hampir saya ingin menjadikan Dika persis seperti diri saya. Saya dan banyak orang tua lainnya seringkali ingin menjadikan anak sebagai foto copy diri kita atau bahkan beranggapan bahwa anak adalah orang dewasa dalam bentuk sachet kecil.
Ketika Psikolog memberikan pertanyaan "Aku ingin ayahku tidak..." Dika menjawab, "Tidak mempersalahkan aku di depan orang lain. Tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang aku buat adalah dosa". Tanpa disadari, orang tua sering menuntut anak untuk selalu bersikap dan bertindak benar, hingga hampir-hampir tak memberi tempat kepadanya untuk berbuat kesalahan. Saya menjadi sadar bahwa ada kalanya anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berbuat salah, kemudian iapun bisa belajar dari kesalahannya. Konsekuensi dari sikap dan tindakannya yang salah bisa menjadi pelajaran berharga supaya di waktu-waktu mendatang tidak membuat kesalahan yang serupa.
Ketika Psikolog itu menuliskan "Aku ingin ibuku berbicara tentang..." Dika menjawab, "Berbicara tentang hal-hal yang penting saja". Saya cukup kaget karena waktu itu saya justru menggunakan kesempatan yang sangat sempit, sekembalinya dari kantor untuk membahas hal-hal yang menurut saya penting, seperti menanyakan pelajaran dan PR yang diberikan gurunya. Ternyata hal-hal yang menurut saya penting, bukanlah sesuatu yang penting untuk anak saya.Atas pertanyaan
"Aku ingin ayahku berbicara tentang...", Dika menuliskan, "Aku ingin ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya. Aku ingin ayahku tidak selalu merasa benar, paling hebat dan tidak pernah berbuat salah. Aku ingin ayahku mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku". Keinginan Dika sederhana, ingin orang tuanya sportif, mau mengakui kesalahnya dan kalau perlu meminta maaf atas kesalahannya.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan "Aku ingin ibuku setiap hari..." Dika berpikir sejenak, kemudian menulis dengan lancar "Aku ingin ibuku mencium dan memelukku erat-erat seperti ia mencium dan memeluk adikku".Kadang saya pikir Dika sudah tidak pantas lagi dipeluk-peluk, apalagi dicium-cium. Ternyata saya salah, pelukan hangat dan ciuman sayang seorang ibu tetap dibutuhkan. Secarik kertas yang berisi pertanyaan
"Aku ingin ayahku setiap hari..." Dika menuliskan sebuah kata tepat di atas titik-titik dengan satu kata, "Tersenyum". Seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.
Ketika Psikolog memberikan kertas yang bertuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku..." Dikapun menuliskan "Aku ingin ibuku memanggilku dengan nama yang bagus". Saya tersentak! Memang sebelum ia lahir kami telah memilih nama yang paling bagus dan penuh arti, yaitu Judika Ekaristi Kurniawan. Namun sayang, tanpa sadar, saya selalu memanggilnya dengan sebutan Nang atau Le. Nang dalam Bahasa Jawadiambil dari kata "Lanang" yang berarti laki-laki. Sedangkan Le dari kata "Tole", kependekan dari kata "Kontole" yang berarti alat kelamin laki-laki.
Ketika Psikolog menyodorkan tulisan yang berbunyi "Aku ingin ayahku memanggilku..." Dika hanya menuliskan 2 kata saja, yaitu "Nama Asli".Selama ini suami saya memang memanggil Dika dengan sebutan "Paijo" karena sehari-hari Dika berbicara dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Sunda dengan logat Jawa medok. "Persis Paijo, tukang sayur keliling" kata suami saya. Dalam diamnya anak, dalam senyum anak yang polos dan dalam tingkah polah anak yang membuat orang tua kadang-kadang bangga dan juga kadang-kadang jengkel, ternyata ada banyak Pesan Yang Tak Terucapkan.
Kepompong Ramadhan
Dari Aa' Gym untuk kita
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Maka, jangan sampai disia-siakan.
Ahlan Wasahlan Yaa Ramadhan! Selamat datang wahai penghulu segala bulan. Bulan penuh barakah yang disucikan Allah. Di bulan ini, Allah SWT menjanjikan akan menjamu semua hamba yang beriman. Sedemikian dahsyatnya jamuan Allah, sampai-sampai siapa pun yang melewati Ramadhan ini dengan sebaik-sebaiknya, maka Allah akan menjamin keselamatannya dunia akhirat.
Seperti halnya anak kecil yang sangat gembira jika mendapat hadiah, maka demikian juga dengan kita. Pada bulan Ramadhan ini sungguh banyak "hadiah" yang telah Allah siapkan untuk kita, jika kita mampu meningkatkan mutu ibadah di bulan ini. Maka, alangkah bijaknya jika kita memanfaatkan bulan suci ini sebagai sarana peningkatan amal ibadah kita kepada Allah. Kita jadikan bulan ini sebagai sarana meraih derajat ketakwaan.
Pada bulan mulia ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-Nya dengan baik. Walaupun demikian, Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh serta .
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Jangan sampai disia-siakan. Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan, bulan training center yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membuat akhlak dan pribadi kita menjadi lebih indah. Ibarat sebuah kepompong, bulan Ramadhan ini harus menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri. Kita lihat kepompong, bermula dari ulat yang menjijikan, kemudian berproses dan akhirnya keluarlah kupu-kupu indah yang beterbangan kian kemari menambah indahnya sebuah taman.
Ramadhan merupakan sebuah kesempatan yang telah Allah berikan bagi kita untuk memperbaiki sikap dan perilaku kita. Jadi, gunakanlah Ramadhan kali ini secara efektif guna meningkatkan kualitas ibadah. Sebab kita tidak tahu kapan jatah kita akan berakhir. Waktu terus berlalu dan jatah dari hari ke hari semakin berkurang. Jangan sampai kita menjadi orang yang bodoh dengan menyia-nyiakan saat berharga di bulan mulia ini dengan melalaikan ibadah.
Pantang bagi kita menyia-nyiakan perpindahan detik demi detik di bulan mulia ini tanpa amalan apapun. Ramadhan ini sungguh sangat berharga bagi kita sehingga kita harus memperhitungkan agar setiap ucapan, pikiran, dan perilaku kita menjadi amal saleh.
Mari kita isi Ramadhan ini dengan amal ibadah. Segala aktivitas kita bisa benilai ibadah jika didasari niat yang benar dan caranya juga benar. Gunakan bulan Ramadhan ini sebagai sarana peningkatan kualitas keilmuan kita. Salah satu caranya, kita dapat membuat skala prioritas. Pertama, manajemen, waktu kita harus terkendali dengan baik sehingga semua kativitas kita dapat tererncana dan tidak mubadzir. Kedua, kita harus meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah. Misalnya saja shalat. Sebetulnya shalat khusyuk itu tidak susah, sebab yang susah adalah membulatkan tekad untuk khusyuk.
Pada sepuluh hari terakhir, kita upayakan untuk merenung dan menjerit kepada Allah memohon ampunan dengan melakukan itikaf. Demikian juga dengan sedekah, Allah menjamin akan melipatgandakan pahala dan rezeki bagi kita jika kita ikhlas dalam bersedekah. Tidak akan ada seorang pun yang menjadi miskin karena menikmati hidup ini dengan bersedekah.
Tentu saja kemampuan ekonomi di antara kita berbeda-beda. Namun harus dipahami, bahwa sedekah itu tidak diukur dari besar kecilnya, tapi optimalisasi yang kita lakukan. Yang paling penting kita harus meningkatkan kemampuan kita bersedekah dengan apapun yang ada pada diri kita. Mulailah dari yang paling murah dan meriah, yaitu senyum. Saya kira ini gratis. Mengapa kita tidak membahagiakan orang lain dengan senyuman yang tulus?
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan hidayah-Nya sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona. Amin. Wallahu a'lam(KH Abdullah Gymnastiar )
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Maka, jangan sampai disia-siakan.
Ahlan Wasahlan Yaa Ramadhan! Selamat datang wahai penghulu segala bulan. Bulan penuh barakah yang disucikan Allah. Di bulan ini, Allah SWT menjanjikan akan menjamu semua hamba yang beriman. Sedemikian dahsyatnya jamuan Allah, sampai-sampai siapa pun yang melewati Ramadhan ini dengan sebaik-sebaiknya, maka Allah akan menjamin keselamatannya dunia akhirat.
Seperti halnya anak kecil yang sangat gembira jika mendapat hadiah, maka demikian juga dengan kita. Pada bulan Ramadhan ini sungguh banyak "hadiah" yang telah Allah siapkan untuk kita, jika kita mampu meningkatkan mutu ibadah di bulan ini. Maka, alangkah bijaknya jika kita memanfaatkan bulan suci ini sebagai sarana peningkatan amal ibadah kita kepada Allah. Kita jadikan bulan ini sebagai sarana meraih derajat ketakwaan.
Pada bulan mulia ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-Nya dengan baik. Walaupun demikian, Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh serta .
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita. Jangan sampai disia-siakan. Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan, bulan training center yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membuat akhlak dan pribadi kita menjadi lebih indah. Ibarat sebuah kepompong, bulan Ramadhan ini harus menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri. Kita lihat kepompong, bermula dari ulat yang menjijikan, kemudian berproses dan akhirnya keluarlah kupu-kupu indah yang beterbangan kian kemari menambah indahnya sebuah taman.
Ramadhan merupakan sebuah kesempatan yang telah Allah berikan bagi kita untuk memperbaiki sikap dan perilaku kita. Jadi, gunakanlah Ramadhan kali ini secara efektif guna meningkatkan kualitas ibadah. Sebab kita tidak tahu kapan jatah kita akan berakhir. Waktu terus berlalu dan jatah dari hari ke hari semakin berkurang. Jangan sampai kita menjadi orang yang bodoh dengan menyia-nyiakan saat berharga di bulan mulia ini dengan melalaikan ibadah.
Pantang bagi kita menyia-nyiakan perpindahan detik demi detik di bulan mulia ini tanpa amalan apapun. Ramadhan ini sungguh sangat berharga bagi kita sehingga kita harus memperhitungkan agar setiap ucapan, pikiran, dan perilaku kita menjadi amal saleh.
Mari kita isi Ramadhan ini dengan amal ibadah. Segala aktivitas kita bisa benilai ibadah jika didasari niat yang benar dan caranya juga benar. Gunakan bulan Ramadhan ini sebagai sarana peningkatan kualitas keilmuan kita. Salah satu caranya, kita dapat membuat skala prioritas. Pertama, manajemen, waktu kita harus terkendali dengan baik sehingga semua kativitas kita dapat tererncana dan tidak mubadzir. Kedua, kita harus meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah. Misalnya saja shalat. Sebetulnya shalat khusyuk itu tidak susah, sebab yang susah adalah membulatkan tekad untuk khusyuk.
Pada sepuluh hari terakhir, kita upayakan untuk merenung dan menjerit kepada Allah memohon ampunan dengan melakukan itikaf. Demikian juga dengan sedekah, Allah menjamin akan melipatgandakan pahala dan rezeki bagi kita jika kita ikhlas dalam bersedekah. Tidak akan ada seorang pun yang menjadi miskin karena menikmati hidup ini dengan bersedekah.
Tentu saja kemampuan ekonomi di antara kita berbeda-beda. Namun harus dipahami, bahwa sedekah itu tidak diukur dari besar kecilnya, tapi optimalisasi yang kita lakukan. Yang paling penting kita harus meningkatkan kemampuan kita bersedekah dengan apapun yang ada pada diri kita. Mulailah dari yang paling murah dan meriah, yaitu senyum. Saya kira ini gratis. Mengapa kita tidak membahagiakan orang lain dengan senyuman yang tulus?
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan hidayah-Nya sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona. Amin. Wallahu a'lam(KH Abdullah Gymnastiar )
Langganan:
Postingan (Atom)